JENIS-JENIS WACANA
A.
Pengantar
Istilah ‘analisis wacana’ ternyata telah dipakai dengan berbagai macam
arti yang mencakup berbagai macam kegiatan. Istilah tersebut dipakai untuk
mendeskripsikan kegiatan-kegiatan pada persilangan berbagai disiplin linguistik
yang berbeda, seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, linguistik filosofis,
dan linguistik komputasi. Para ahli sosiolinguistik terutama memerhatikan
struktur interaksi sosial yang dinyatakan
dalam percakapan, dan deskripsi-deskripsi mereka dititikberatkan pada ciri-ciri
konteks sosial yang terutama dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi sosiologis.
Analisis wacana, tentunya, adalah
analisis atas bahasa yang digunakan. Analisis wacana berperan penting dalam
proses belajar bahasa, terutama keterampilan bahasa yang bersifat produktif,
misalnya bertutur kata dan menulis. Kita mengenal istilah keutuhan (unity) dan keruntutan (coherence) baik dalam satu paragraf,
maupun dalam satu karangan utuh dalam menulis.
Besarnya peranan analisis wacana dalam
proses belajar keterampilan berbahasa (baik yang bersifat rekognitif maupun
yang bersifat produktif) juga diperkuat oleh salah satu aspek pragmatik yang
disebut the theory implicature, yang
telah diperkenalkan oleh H.P.Grice, (1975) tentang teori yang berkaitan dengan
cara bagaaimana menggunakan bahasa.
1. Fungsi Bahasa
Bahasa adalah alat vital bagi manusia karena dipakai untuk
berkomunikasi, tanpa bahasa manusia tak dapat berhubungan antara satu dengan
yang lainnya. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama manusia dengan
makhluk lainnya.
Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia, terutama sekali
fungsi komunikatif. Sejumlah ahli bahasa telah menaruh perhatian terhadap
fungsi bahasa ini.
Halliday (1973) dalam bukunya yang berjudul Explorations in the Functions of Languge, mengemukakan tujuh fungsi
bahasa yaitu:
a. Fungsi instrumental (the instrumental function).
b. Fungsi regulasi (the regulasi function),
c. Fungsi pemerian (the
representational function)
d. Fungsi interaksi ( the interactional function)
e. Fungsi perorangan (the personal fungction)
f.
Fungsi heuristic ( the heuristic)
g. Fungsi imajinatif (the imaginative function)
2. Pengertian Wacana
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(1991), pengertian wacana yaitu: 1
ucapan;perkataan; tutur; 2 keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; 3
satuan bahasa terlengkap,realisasinya tampak pada bentuk karangan yang
utuh,seperti novel, buku atau artikel, atau pada pidato, khotbah, dsb. Menurut
Poerwadarminta, wacana sebagai ucapan, percakapan, dan kuliah
Dalam salah satu kamus bahasa Inggris yang terkemuka wacana atau discourse dapat digambarkan sebagai
berikut:
“Kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari kian kemari
(yang diturunkan dari dis ‘dari’dalam arah yang berbeda, dan currere ‘lari’),
yaitu:
a.
Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau
gagasan-gagasan; konvensi atau percakapan.
b.
Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok
telaah.
c.
Risalah tulis; disertasi formal; kuliah atau ceramah;khotbah, (Webster,
1983:522)
d. Selanjutnya dikatakan dalam kamus Webster, wacana
atau discouse diartikan sebagai “connected
speeh or writing consisting of more than one sentence.”
Istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau
obrolan, tetapi juga pembicaran di depan umum,tulisan serta upaya-upaya formal
seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Wacana mencakup keempat
penggunaan bahasa, yaitu:
a.
Ekspresi diri sendiri
b.
Eksposisi
c.
Sastra
d.
Persepsi (Landsteen,1976:111; Tarigan, 1985:16-17).
3. Pengertian Analisis Wacana
Kartomiharjo
(1991) mengemukakan bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa
yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar
daripada kalimat.
Prinsip-prinsip dasar lain mengenai pengertian
analisis wacana yang masih dapat diramuh dari beberapa ahli lain seperti Merit,
Acheggloff dan Sacks, Frasswer, Richard, Halliday and Hasan, Givon, antara lain
sebagai berikut:
Analisis wacana bersifat interpretasi pragmatis,baik untuk
bahasanya maupun untuk maksudnya (form and notion).
a.
Analisis wacana banyak bergantung pada interpretasi terhadap konteks dan
pengetahuan yang luas. Semua unsur yang terkandung dalam wacana sebagai suatu
rangkaian.
b.
Pada dasarnya bahan-bahan yang diperlukan merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi yang diwujudkan
dalam situasi yang sebenarnya.
c. Khusus untuk wacana dialog, kegiatan analisis
terutama berkaitan dengan pertanyaan, jawaban, kesempatan berbicara, penggalan
percakapan,dll
B. Jenis-jenis Wacana
1.
Jenis Wacana dari Segi Penyusunannya
Sugirah Wahid, Juanda (2006), dalam bukunya yang
berjudul Analisis Wacana, mengemukakan
bahwa ada lima jenis wacana ditinjau dari segi penyusunannya, yaitu:
a. Wacana Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan
kata-kata terhadap suatu tempat, benda, keadaan atau suasana. Penulis deskripsi
mengharapkan pembacanya melalui tulisannya dapat melihat apa yang dilihatnya,
dapat mendengar apa yang didengarnya, mencium bau apa yang diciumnya, mencicipi
apa yang dimakannya, merasakan apa yang dirasakannya, serta sampai pada
kesipulan yang sama dengannya. Maka itu dapat disimpulkan bahwa deskripsi
merupakan hasil dari observasi melalui panca indra,yang disampaikan dengan
kata-kata.
Secara garis besarnya deskripsi terbagi dalam dua
jenis, yaitu:
1) Wacana ekspositori
Wacana yang sangat logis, yang isi biasanya merupakan daftar rincian,
semuanya atau yang menurut penulisnya hal yang penting-penting saja.
Contoh:
Ruang tempat kami belajar tidaklah luas,hanya 7 m x
10 m. Bangku kami berjajar teratur empat baris ke belakang. Pada dinding depan
kelas tergantung papan tulis hitam 1 m x 2 m. Dua lukisan mengapitnya. Di
sebelah kiri gambar Garuda Indonesia dan di sebelah kanan gambar presiden. Meja
guru terdapat di pojok kiri. Alasannya berwarna cerah dan sekali seminggu
diganti. Kami selalu meletakkan bunga yang segar dalam jambangan di atas meja
itu, karena senang melihantnya. Di sebelah kiri kami, delapan jendelah besar
memasukkan cahaya matahari dan hawa segar ke dalam kelas. Dindingnya polos,
tiada hiasan, kecuali kalender dekat meja guru.
2)
Wacana Impresionistis
Wacana yang isinya lebih menenkankan impresi atau kesan penulisnya
ketika melukukan observasi, atau ketika m
enuliskan impresi tersebut.
Contoh:
Musim kemarau yang
panjang dan kering tahun in merupakan bencana bagi daerah kami. Sungai yang
mengalir di tengah-tengah kota kering kerontang. Bahkan sumur pun banyak yang
tidak berair lagi. Tampak berdesak orang menunggu giliran menimba air di sumur
kami, satu-satunya yang tidak kering. Sawah ladang seperti hangus oleh terik
matahari. Tanah pecah berbungkah-bungkah.tanaman hamper tiada yang tinggal
hijau. Rumput kering kecoklat-coklatan hampir mati. Sapi, kerbau, kuda dan
kambing sudah sebulan ini diungsikan ke daerah yang sungainya masih mengalir.
b. Wacana Narasi
Wacana narasi adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan
suatu hal atau kejadian melalui suatu
penonjolan tokoh pelaku (orang I atau orang III) dengan maksud memperluas
pengetahuan pendengar atau pembaca. Kekuatan wacana terletak pada urutan cerita
berdasarkan waktu dan cara-cara bercerita yang diatur melalui alur (plot).
Contoh:
Andi Ruslan benar-benar mahasiswa yang patut
diteladani oleh teman sekampusnya. Otaknya yang cemerlang, dan penempilannya
yang sederhana menjadikannya sahabat baik bagi mahasiswa maupun mahasiswi.
Dilahirkan dari keluarga yang sederhana tidak membuatnya berkecil hati. Sejak
ia kuliah pada semeter dua, perkenalannya dengan dosen dan temannya dianggapnya
sebagai peluang.
Dengan kepercayaan diri yang cukup. Ruslan
menawarkan jasa mengantarkan Koran dan majalah pilihan dosen dan orang tua
sekampungnya.dengan jasa loper ini Ruslang membiayai kuliah dan hidupnya
sehari-hari.
Sementara kuliah yang diprogramkannya diselesaikan
dengan baik dari semester kesemester. Kini ia menduduki semester kedelapan.
Kuliah kerja nyata diprogramkannya bersama penyusunan skripsi. Atau
penyelesaian skripsi ini pun bagi Ruslang merupakan peluang. Ia sudah siap
dengan bisnis baru. Bersama teman-temannya ia akan mengelolah surat kabar
mingguan.
Sebuah wacana narasi mempunyai unsur-unsur pembangun. Adapun unsur-unsur
pembanguan sebuah narasi,yaitu:
1.
Alur : Kejadian, Tokoh, dan Konflik
Narasi merupakan cerita yang didasarkan pada urutan-urutan sesuatu
(serangkaian kejadian atau peristiwa). Di dalam kejadian itu ada tokoh atau
beberapa tokoh, dan tokoh ini mengalami atau menghadapi suatu atau serangkain
konflik atau tikaian. Kejadian ,tokoh,dan konflik ini merupakan unsur pokok
sebuah narasi, dan ketiganya secara kesatuan biasa disebut plot atau alur.
Dengan demikian adalah narasi yang berdasarkan alur.
2.
Latar
Alu ini tentulah tidak dapat terjadi suatu waktu, kekosongan. Mestilah
ada waktu dan adapula tempat kejadiaan itu berlangsung. Dengan demikian kita
mengatakan bahwa alur itu memunyai latar waktu dan latar tempat.
3.
Posisi Narator
Istilah point of view dala kaitannya dengan narsi bukan saja berarti
sudut pandang tetapi juga lebih dalam dari itu karena menyangkut struktur gramatikal
sebuah narasi. Ini menyangkut siapa yang bercerita di dalam narasi itu,dan ini
sangat mempengaruhi struktur cerita itu. Oleh Karena itu, di sini poin of view
itu kita terjemahkan saja dengan posisi narrator.
Dalam sebuah narasi tentulah ada yang bercerita, yang menceritakan
kepada kita apa saja yang terjadi. Pada satu ujung kita melihat ada cerita yang
memakai aku atau saya sebagai tokoh utama dalam cerita itu. Dengan sendirinya
apa yang kita dapatkan dari cerita itu adalah apa-apayang dilihat,didengar
serta dialami oleh aku itu. Jalan pikiran, pergolakan perasaan,dugaan dan
kesimpulan yang dihidangkan pun berasaldari aku itu juga. Yang tidak dilihat,
tidak didengar atau diketahuinya tentulah tidak bias diceritakannya kepada
kita.
Jadi, narator dalam cerita ini adalah pelaku utama. Narasi seperti ini
sering disebut sebagai narasi dengan posisi sebagai orang pertama atau akuan.
4.
Pola Narasi
Menurut Aristoteles (abad IV sebelum Masehi), sebuah narasi terdiri atas
tiga bagaian yaitu awal, tengah dan akhir. Awal itu menurut dia haruslah
seperti mata pancing dengan umpan yang lezat, sehingga begitu orang membacanya,
hatinya langsung terpaut. Awal itu harus memperkenalakan tokoh-tokoh yang
memainkan peranan di dalam cerita itu, serta memberikan latarbelakang yang
diperlukan untuk kelancaran cerita. Di samping itu semua,awal itu harus pula
menyiratkan atau memberikan lancaran bagaimana kira-kira cerita itu akan
berakhir.
Bagian tengah dimulai ketika di dalam cerita itu mulai muncul konflik,
tikaian atau keruwetan, yang menjurus kekonflik. Konflik itu bisa bersifat nonfisik. Konflik
ini biasanya memang diakhiri dengan sebuah ledakan yang biasa disebut klimaks.
Bahkan ada pula narasi yang akhirnya
tidak dituliskan,hanya tersirat, dan pembaca dipersilakan menduga sendiri.
Itula pola narasi cara Aristoteles. Sekarang ini pun, cara itu masih
bayak dipakai orang. Tetapi ada pula penulis yang mencari dan menciptakan gaya
sendiri.
c. Wacana Ekspositori
Rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran disebut
wacana ekspositori. Tujuan yang ingin dicapai wacana ini adalah tercapainya
tingkat pemahaman terhadap sesuatu agar lebih jelas, mendalam, dan luas dari
sekedar pernyataan yang bersifat global atau umum. Wacana eksipositori
kadang-kadang berbentuk ilustrasi dengan contoh; berbentuk perbadingan,
berbentuk uraian kronologis, dan juga berbentuk ciri (identifikasi) dengan
orientasi pada materi, bukan kepada tokohnya.Wacana eksposisi lebih menekankan
pada bentuk daripada isi. Isinya memang menyingkapkan sesuatu, tetapi bentuknya
harus jelas.
Wacana eksposisi sebagai alat untuk menyingkapkan pikiran dan perasaan
agaknya sudah banyak ditinggalkan orang. Tidak lagi kita jumpai di dalam media
massa tulisan-tulisan eksposisi murni.
Namun, di sekolah-sekolah masih diajarkan, Karena eksposisi erat sekali
hubungannya dengan berpikir logis dan sistematis. Di samping itu, juga karena
eksposisi merupakan pola dasar penulisan ilmiah. Makalah-makalah sekolah,
sampai makalah seminar serta penataran, masih dituliskan dalam bentuk
eksposisi. Demikianlah pula skripsi atau bahkan disertasi.
Hal ini perlu semua dikuasai oleh siswa dan mahasiswa. Mereka perlu
diajar mengambil sikap, dan dilatih untuk mendukung sikap itu dan
mengutarakannya secara logis. Namun, berpikir logis dan sistematis ini hanya
bias dicapai siswa jika mereka diminta menuliskan wacan eksposisi. Bukan
diajarkan apa eksposisi itu, tipe ciri-cirinya, apa gunanya, dan segala hal-hal
teoretis seperti itu. Mereka perlu diberikan latihan bukan teori.
Contoh:
Telah kita saksikan bersama,masalah transportasi
makin lama makin berkembang, baik transportasi darat,laut maupun udara. Ketiga
bentuk transportasi itu mengalami kemajuan yang pesat, sesuai dengan
perkembangan zaman. Misalnya pada masa silam transportasi darat, laut, dan
udara itu sangat sederhana, tetapi sekarang bukan main main majunya,hamper
semua transportasi itu serba mewah dan canggih sesuai dengan perkembangan
teknologi dewasa ini.
Kiranya sangat perlu kita telusuri perkembangan
transportasi masa silam sampai dewasaini. Zaman nenek moyang kita kalau akan
bepergian, mereka tidak pernah menaiki kendaraan seperti sekarang ini, mereka
cukup berjalan kaki saja walaupun jalan yang akan ditempuh cukup jauh, memakan
waktu berbulan-bulan berminggu-minggu, berhari-hari. Mereka tak gentar, tak
putus asa, semua mereka jalani dengan hati yang senang, gembira, tak pernah
mereka mengeluh, tak pernah mereka menggerutu karena lelah, tetapi mereka tetap
berjuang pokoknya bias sampai di tempat tujuan.
d. Wacana Prosedural
Wacana prosedural merupakan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu
secara berurutan yang tidak boleh dibolak-balik
unsurnya, karena urgensi unsur yang lebih dahulu menjadi landasan unsur
berikutnya. Wacana itu biasanya disusun untuk menjawab pertanyaan bagaimana
mengerjakan sesuatu, misalnya membuat kue, mempersiapkan makanan, perawatan
tanaman, merawat alat-alat rumah tangga yang memerlukan prosedur atau
mengaktifkan komputer.
Contoh:
Cara membuat Martabak
Manis
Bahan-bahan
250 gram
tepung terigu; 375 cc santan, hangatkan sebentar; 150 gram gula pasir; 2 butir
telur 1 sendok the gist/ragi instant; ¼ sendok the soda kue;50 gram kacang
tanah (sangrai, kupas, cincang); 50 gram biji wijen, sangrai; 50 gram
coklat/meisjes;50 cc susu kental manis.
Cara mengolah
1. Masukkan
ragi ke dalam santang hangat, aduk sampai larut dan berbusa, sisihkan.
2. Campur
tepung terigu dengan gula, buat lubang ditengahnya, lalu isi dengan telur.
3. Aduk sambil
dituangi larutan santan sampai rata dan gula larut.
4. Masukkan
soda kue, aduk kembali, biarkan sekitar 15 menit di tempat hangat.
5. Panaskan
penggorengan,olesi dengan margarine.
6. Tang
adonan, tunggu sampai naik.
7. Sebelum
permukaanya mongering, taburi dengan sebagian kacang tanah, wijen, gula pasir ,
coklat/meisjes, dan susu kental manis.
8. Lipat
menjadi dua, angkat.
9. Sajikan
hangat.
e. Wacana Hortotorik
Wacana hortotorik adalah tuturan yang isinya bersifat ajakan atau
nasehat, kadang-kadang tuturan itu bersifat
memperkuat keputusan atau agar lebih meyakinkan. Sedangkan tokoh penting
di dalamnya adalah orang II. Wacana tidak disusun bersarkan urutan waktu tetapi
merupakan hasil atau produksi suatu waktu.
Contoh:
Nasehat orang tua kepada anaknyayang akan memulai wirausaha
“Kaudengar pesan bapakmu dalam meniti wirausaha,
harta terbesar untuk mempertahankan kemampuan wirausaha adalah sikap positif.
Disamping itu, tekad, pengalaman, ketekunan dan bekerja keras adalah prasyarat
pokok untuk menjadi seorang wirusahawan yang berhasil. Satu lagi anakku, sikap
mentalyang tepat terhadap pekerjaan sangatlah penting. Para wirausaha yang
berhasil menikmati pekerjaan mereka dan berdedikasi total terhadap apa yang
mereka lakukan. Sikap mental positif mereka mengubah pekerjaan mereka menjadi
pekerjaan yang menggairahkan, menarik dan member kepuasan.”
Sebuah wacana dalam bahasa Bugis sebagai berikut:
Resopa temmangingi malomo naletei pammase dewata.
Artinya: “Orang
yang bekerja keras atau tidak putus asa akan mendapat rejeki dari Allah SWT”.
Wacana hortotorik juga tampak dalam iklan baik secara lisan maupun
secara tertulis.
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan di atas, maka
kami menyimpulkan beberapa hal, yaitu:
1.
Wacana dapat berupa rangkaian ujar lisan dan tulisan atau rangkaian
tindak tutur.
2.
Wacana mengungkapkan suatu hal atau subjek.
3.
Sebuah wacana memiliki satu kesatuan misi dalam rangkain itu.
4.
Sebuah wacana penyajiannya harus teratur,sistematis, koheren, lengkap
dengan semua situasi pendukungnya.
5.
Jenis wacana yaitu:
a.
Narasi
b.
Deskripsi
c.
Eksipositori
d.
Prosedural
e.
Hortotorik
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan,dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Inonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Brown, Gillian,dkk. 1996. Discourse Analysis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta..
J. K. Natia. 1994. Pelajaran Mengarang dan Menyusun Karya Tulis. Penerbit Arkola. Surabaya..
Wahid, Sugira,dkk. 2006. Analisis Wacana. Badan Penerbit UNM. Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar